Rabu, 28 Maret 2012

materi emosi psikology


Emosi secara etimologis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia emosi adalah luapan perasaan yg berkembang dan surut dalam waktu singkat ,keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan.juga sebuah keberanian yg bersifat subjektif.
Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu.Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian.Emosi dapat ditunjukkan kerika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu.
Pengertian Emosi adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995)
keadaan emosional merupakan satu reaksi kompleks yang berkaitan dengan kegiatan dan perubahan-perubahan secara mendalam yang dibarengi dengan perasaan kuat atau disertai dengan keadaan afektif (J.P.Chaplin. 2005)
English and English (Syamsu Yusuf, 2003) menyebut emosi ini sebagai “A complex feeling state accompanied by characteristic motor and grandular activities”.
Menurut Abin Syamsuddin Makmun (2003) bahwa aspek emosional dari suatu perilaku, pada umumnya selalu melibatkan tiga variabel, yaitu: (1) rangsangan yang menimbulkan emosi (stimulus); (2) perubahan–perubahan fisiologis yang terjadi pada individu; dan (3) pola sambutan. Dalam situasi tertentu, pola sambutan yang berkaitan dengan emosi seringkali organisasinya bersifat kacau dan mengganggu, kehilangan arah dan tujuan.

Emosi secara harfiah (bahasa)
Kata "emosi" diturunkan dari kata bahasa Perancis, émotion, dari émouvoir, 'kegembiraan' dari bahasa Latin emovere, dari e- (varian eks-) 'luar' dan movere 'bergerak'.Kebanyakan ahli yakin bahwa emosi lebih cepat berlalu daripada suasana hati.Sebagai contoh, bila seseorang bersikap kasar, manusia akan merasa marah.Perasaan intens kemarahan tersebut mungkin datang dan pergi dengan cukup cepat tetapi ketika sedang dalam suasana hati yang buruk, seseorang dapat merasa tidak enak untuk beberapa jam.
Emosi secara umum
Terdapat aspek emosi yang fundamental yang harus dipertimbangkan, diantaranya:[4]
Biologi emosi
Semua emosi berasal dari sistem limbik otak yang kira-kira berukuran sebesar sebuah kacang walnut dan terletak di batang otak .Orang-orang cenderung merasa bahagia ketika sistem limbik mereka secara relatif tidak aktif. Sistem limbik orang tidaklah sama. Sistem limbik yang lebih aktif terdapat pada orang-orang yang depresi, khususnya ketika mereka memperoleh informasi negatif.
Intensitas emosi
Setiap orang memberikan respon yang berbeda-beda terhadap rangsangan pemicu emosi yang sama. Dalam sejumlah kasus, kepribadian menjadi penyebab perbedaan tersebut.<emosi/> Pada saat lain, perbedaan tersebut timbul sebagai hasil dari persyaratan-persyaratan pekerjaan.
Frekuesi dan durasi Emosi
Suksesnya pemenuhan tuntutan emosional seorang karyawan dari suatu pekerjaan tidak hanya bergantung pada emosi-emosi yang harus ditampilkan dan intensitasnya tetapi juga pada seberapa sering dan lamanya mereka berusaha menampilkannya.
Rasionalitas dan emosi
Emosi adalah penting terhadap pemikiran rasional karena emosi memberikan informasi penting mengenai pemahaman terhadap dunia sekitar. Dalam suatu organisasi, kunci pengambilan keputusan yang baik adalah menerapkan pemikiran dan perasaan dalam suatu keputusan.
Fungsi emosi
Dalam ”The Expression of the Emotions in Man and Animals”, Charles Darwin menyatakan bahwa emosi berkembang seiring waktu untuk membantu manusia memecahkan masalah. Emosi sangat berguna karena ‘memotivasi’ orang untuk terlibat dalam tindakan penting agar data bertahan hidup –tindakan-tindakan seperti mengumpulkan makanan, mencari tempat berlindung, memilih pasangan, menjaga diri terhadap pemangsa, dan memprediksi perilaku. Emosi sangat berpengaruh terhadap tingkah laku manusia. manusia lain.
Klasifikasi Emosi
Salah satu cara mengklasifikasikan emosi adalah berdasarkan apakah emosi tersebut positif atau negatif. Emosi-emosi positif -seperti rasa gembira dan rasa syukur- mengekspresikan sebuah evaluasi atau perasaan menguntungkan, sedangkan emosi-emosi negatif -seperti rasa marah atau rasa bersalah- mengekspresikan sebaliknya. Emosi tidak dapat netral, karena menjadi netral berarti menjadi nonemosional.
Sumber-sumber emosi dan suasana hati
Kepribadian
Kepribadian memberi kecenderungan kepada orang untuk mengalami suasana hati dan emosi tertentu, contohnya beberapa orang merasa bersalah dan merasakan kemarahan dengan lebih mudah dbandingkan orang lain, sedangkan orang lain mungkin merasa tenang dan rileks dalam situasi apa pun. Intinya, beberapa orang memiliki kecenderungan untuk memiliki emosi apa pun secara lebih intens atau memiliki intensitas afek (perbedaan individual dalam kekuatan di mana individu-individu mengalami emosi mereka) tinggi.
Hari dalam seminggu dan waktu dalam sehari
Orang-orang cenderung berada dalam suasanan hati terburuk di awal minggu dan berada daam suasana hati terbaik di akhir minggu.
Tidur adalah salah satu sumber emosi dan suasana hati
Cuaca
Cuaca menjadi sebuah peristiwa yang luar biasa sedikit pengaruh terhadap suasana hati. Seorang ahli menyimpulkan, "Berlawanan dengan pandangan kultur yang ada, data ini menunjukkan bahwa orang-orang tidak melaporkan suasana hati yang lebih baik pada hari yang cerah atau sebaliknya.
Stres
Sebuah penelitian menghasilkan pernyataan, "Adanya peristiwa yang terus-menerus terjadi yang menimbulkan stres tingkat rendah menyebabkan para pekerja mengalami tingkat ketegangan yang semakin lama seiring berjalannya waktu semakin meningkat.
Aktivitas sosial
Orang-orang dengan suasana hati positif biasanya mencari interaksi sosial dan sebaliknya, interaksi sosial menyebabkan orang-orang mempunyai suasana hati yang baik. Jenis aktivitas sosial juga berpengaruh. Penelitian mengungkap bahwa aktivitas sosial yang bersifat fisik, informal, atau Epicurean lebih diasosiasikan secara kuat dengan peningkatan suasana hati yang positif dibandingkan dengan kejadian-kejadian formal atau yang bersifat duduk terus-menerus.
Olahraga adalah salah satu sumber emosi dan suasana hati
Tidur
Kualitas tidur memengaruhi suasana hati. Para sarjana dan pekerja dewasa yang tidak memperoleh tidur yang cukup melaporkan adanya perasaan kelelahan yang lebih besar, kemarahan, dan ketidakramahan. Satu dari alasan mengapa tidur yang lebih sedikit, atau kualitas tidur yang buruk, menempatkan orang dalam suasana hati yang buruk karena hal tersebut memperburuk pengamnbilan keputusan dan membuatnya sulit untuk mengontrol emosi.
Olahraga
Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa olahraga meningkatkan suasana hati positif.

Usia
Suatu penelitian atas orang-orang yang berusia 18 hingga 94 tahun mengungkapkan bahwa emosi negatif tampaknya semakin jarang terjadi seiring bertambahnya usia seseorang.[4]
Gender
Dalam perbandingan antargender, wanita menunjukkan ekspresi emosional yang lebih besar dibandingkan pria.[13] Mereka megalami emosi secara lebih intens dan mereka menunjukkan ekspresi emosi positif maupun negatif yang lebih sering, kecuali kemarahan.[13] Tidak seperti pria, wanita juga menyatakan lebih nyaman dalam mengekpresikan emosi dan mampu membaca petunjuk nonverbal dan paralinguistik secara lebih baik.[13]
Batasan eksternal pada emosi
Gadis di Muyuan County, Jiangxi, Cina. Orang Cina mengalami lebih banyak emosi positif.
Setiap organisasi mendefinisikan batasan-batasan yang mengidentifikasi emosi-emosi yang dapat diterima dan sampai tingkat mana karyawan dapat mengekspresikannya. [4]
  • Pengaruh-pengaruh organisasional
  • Pengaruh-pengaruh budaya
Sebagai contoh, di Cina orang menyatakan bahwa mereka mengalami lebih sedikit emosi positif dan negatif dibandingkan orang-orang dalam budaya lainnya, dan apa pun emosi yang mereka alami adalah kurang intensitasnya dibandingkan pada kultur lain. [4]
Kerja emosional
Kerja emosional adalah situasi saat seorang karyawan mengekspresikan emosi-emosi yang diinginkan secara organisasional selama transaksi antarpersonal di tempat kerja.[4] Konsep kerja emosional muncul dari penelitian-penelitian atas pekerjaan terkait pelayanan, contohnya sebuah maskapai penerbangan mengharapkan pramugari mereka untuk gembira.[4] Tetapi kerja emosional dapat relevan untuk semua jenis pekerjaan.[4] Sebagai contoh, seorang manajer mengharapkan bawahannya untuk bersikap sopan dalam interaksi dengan rekan-rekan kerja.[14] Tantangan sebenanrnya adalah ketika para karyawan harus menunjukkan satu emosi sementara pada saat yang bersamaan mengalami emosi yang lain.[14] Perbedaan ini disebut disonansi emosional.[14] Jika dibiarkan, perasaan terkungkung dari frustasi, kemarahan, dan kebencian akhirnya dapat menyebabkan kelelahan emosional dan kejatuhan mental.[14]


Berkenaan dengan perubahan jasmaniah yang terjadi terkait dengan emosi individu, Syamsu Yusuf (2003) memberikan penjelasan sebagaimana tampak
dalam tabel berikut ini:

Terpesona
Reaksi elektris pada kulit
Marah
Peredaran darah bertambah cepat
Terkejut
Denyut jantung bertambah cepat
Kecewa
Bernafas panjang
Sakit marah
Pupil mata membesar
Cemas
Air liur mengering
Takut
Berdiri bulu roma
Tegang
Terganggu pencernaan, otot tegang dan bergetar.
ciri-ciri emosi, yaitu: (1) lebih bersifat subyektif daripada peristiwa psikologis lainnnya seperti pengamatan dan berfikir; (2) bersifat fluktuatif atau tidak tetap, dan (3) banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera dan subyektif.
Fehr & Russel (1984) Shaver, Schwarts, Kirson & O’Connor (1987) menyebutkan, emosi memiliki tiga bentuk, yaitu passivity, intentionality, dan subjectivity
Passivity
Passivity berasal dari kata Yunani kuno abad ke-18 yaitu “pathe”, artinya sama dengan “nafsu” atau “hasrat”. Makna dasar dari passivity adalah berubah secara drastis, terutama berubah menjadi sangat buruk. Kata “pasif” seringkali digunakan dalam menerangkan kata-kata emosi. Sehingga kata-kata semacam “jatuh cinta”, “terjebak amarah” dikonotasikan sebagai tindakan pasif. Artinya, emosi hanyalah tindakan refleks sebagai hasil pengalaman sensoris sederhana, yang berada di bawah kontrol pribadi. Padahal sejatinya, manusia hidup memiliki kontrol yang lebih tidak sekadar emosinya, sehingga emosi tidak sekadar pasif.

Intentionallity
 Intentionality (kesengajaan) masih sering dikaitkan dengan “nafsu”, tapi bisa bermakna yang sama sekali berbeda dengan passivity jika diterapkan dalam pengertian sehari-hari. Intentionality maksudnya, bahwa emosi terjadi karena suatu kesengajaan. Misalnya, orang tidak marah secara tiba-tiba, tanpa sebab musabab tetapi selalu ada sesuatu yang membuat dia marah, atau takut terhadap sesuatu, senang terhadap sesuatu, dan seterusnya. Sesuatu itu adalah objek kesengajaan dari emosi, sebagai hasil dari evaluasi dari sesuatu yang pernah terjadi sebelumnya. 
Subjectivity
Subjectivity.Biasanya, emosi selalu dikaitkan dengan perbuatan subjektif sebagai akibat dari sebuah pengalaman diri terhadap objek eksternal. Meski demikian, emosi juga bersifat objektif, karena bisa dinilai sebagai baik atau buruk; bermanfaat atau berbahaya, bergantung kepada penilaian pribadi terhadap emosi tersebut.
Menurut Syamsu Yusuf (2003) emosi individu dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu: emosi sensoris dan emosi psikis. Emosi sensoris yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap tubuh, seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang dan lapar. Emosi psikis yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan kejiwaan, seperti : (1) perasaan intelektual, yang berhubungan dengan ruang lingkup kebenaran; (2) perasaan sosial, yaitu perasaan yang terkait dengan hubungan dengan orang lain, baik yang bersifat perorangan maupun kelompok; (3) perasaan susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai-nilai baik dan buruk atau etika (moral); (4) perasaan keindahan, yaitu perasaan yang berhubungan dengan keindahan akan sesuatu, baik yang bersifat kebendaan maupun kerohanian; dan (5) perasaan ke-Tuhan-an, sebagai fitrah manusia sebagai makhluk Tuhan (Homo Divinas) dan makhluk beragama (Homo Religious)
Setiap orang memiliki pola emosional masing-masing yang berupa ciri-ciri atau karakteristik dari reaksi-reaksi perilakunya. Ada individu yang mampu menampilkan emosinya secara stabil yang ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengontrol emosinya secara baik dan memiliki suasana hati yang tidak terlau variatif dan fluktuatif. Sebaliknya, ada pula individu yang kurang atau bahkan sama sekali tidak memiliki stabilitas emosi, biasanya cenderung menunjukkan perubahan emosi yang cepat dan tidak dapat diduga-duga.
Tingkat kematangan emosi (emotional maturity) seseorang dapat ditunjukkan melalui reaksi dan kontrol emosinya yang baik dan pantas, sesuai dengan usianya. Adalah hal yang wajar bagi seorang anak kecil usia 3-5 tahun, apabila dia merasa kecewa ketika tidak dipenuhi keinginannya untuk dibelikan permen coklat atau mainan anak-anak dan kemudian mengekspresikan emosinya dengan cara menangis dan berguling-guling di lantai. Tetapi, akan menjadi hal yang berbeda, jika hal itu terjadi pada seorang remaja atau dewasa dan jika hal itu benar-benar terjadi maka jelas dia belum menunjukkan kematangan emosinya.
Sekilas telah dikemukakan di atas bahwa pola sambutan emosional seringkali organisasinya kacau-balau dan hal ini sangat tampak pada mereka yang mengalami gangguan kekacauan emosional (emotional disorder) yaitu sejenis penyakit mental dimana reaksi emosionalnya tidak tepat dan kronis serta sangat menonjol atau menguasai kepribadian yang bersangkutan. Untuk kasus-kasus kekacauan emosi yang sangat ekstrem biasanya diperlukan terapi tersendiri dengan bantuan ahli.
Karena sifatnya yang dinamis, bisa dipelajari dan lebih mudah diamati, maka para ahli dan peneliti psikologi cenderung lebih tertarik untuk mengkaji tentang emosi daripada unsur-unsur perasaan. Daniel Goleman salah seorang ahli psikologi yang banyak menggeluti tentang emosi yang kemudian melahirkan konsep Kecerdasan Emosi, yang merujuk pada kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam berhubungan dengan orang lain.
Sejalan dengan usianya, emosi seorang individu pun akan terus mengalami perkembangan, mulai dari. Dengan mengutip pendapat Bridges, Loree (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) menjelaskan proses perkembangan dan diferensiasi emosional pada anak-anak, sebagai berikut

Usia
Ciri-Ciri
Pada saat dilahirkan
Bayi dilengkapi kepekaan umum terhadap rangsangan – rangsangan tertentu (bunyi, cahaya, temperatur)
0 – 3 bln
Kesenangan dan kegembiraan mulai didefinisikan dari emosi orang tuanya
3 – 6 bln
Ketidaksenangan berdiferensiasi ke dalam kemarahan, kebencian dan ketakutan
9 – 12 bln
Kegembiraan berdiferensiasi ke dalam kegairahan dan kasih saying
18 bulan pertama
Kecemburuan mulai berdiferensiasi ke dalam kegairahan dan kasih sayang
2 th
Kenikmatan dan keasyikan berdiferensiasi dari kesenangan
5 th
Ketidaksenangan berdiferensiasi di dalam rasa malu, cemas dan kecewa sedangkan kesenangan berdiferensiasi ke dalam harapan dan kasih saying

Memelihara Emosi
Emosi sangat memegang peranan penting dalam kehidupan individu, akan memberi warna kepada kepribadian, aktivitas serta penampilannya dan juga akan mempengaruhi kesejahteraan dan kesehatan mentalnya. Agar kesejahteraan dan kesehatan mental ini tetap terjaga, maka individu perlu melakukan beberapa usaha untuk memelihara emosi-emosinya yang konstruktif. Dengan merujuk pada pemikiran James C. Coleman (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005), di bawah ini dikemukakan beberapa cara untuk memelihara emosi yang konstruktif.
1.    Bangkitkan rasa humor. Yang dimaksud rasa humor disini adalah rasa senang, rasa gembira, rasa optimisme. Seseorang yang memiliki rasa humor tidak akan mudah putus asa, ia akan bisa tertawa meskipun sedang menghadapi kesulitan.
2.    Peliharalah selalu emosi-emosi yang positif, jauhkanlah emosi negatif. Dengan selalu mengusahakan munculnya emosi positif, maka sedikit sekali kemungkinan individu akan mengalami emosi negatif. Kalaupun ia menghayati emosi negatif, tetapi diusahakan yang intensitasnya rendah, sehingga masih bernilai positif.
3.    Senatiasa berorientasi kepada kenyataan. Kehidupan individu memiliki titik tolak dan sasaran yang akan dicapai. Agar tidak bersifat negatif, sebaiknya individu selalu bertolak dari kenyataan, apa yang dimiliki dan bisa dikerjakan, dan ditujukan kepada pencapaian sesuatu tujuan yang nyata juga.
4.    Kurangi dan hilangkan emosi yang negatif. Apabila individu telah terlanjur menghadapi emosi yang negatif, segeralah berupaya untuk mengurangi dan menghilangkan emosi-emosi tersebut. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui: pemahaman akan apa yang menimbulkan emosi tersebut, pengembangan pola-pola tindakan atau respons emosional, mengadakan pencurahan perasaan, dan pengikisan akan emosi-emosi yang kuat.
Emosi merupakan perpaduan dari beberapa perasaan yang mempunyai intensitas yang relatif tinggi dan menimbulkan suatu gejolak suasana bathin, suatu stirred up or aroused state of the human organization . emosi seperti hal nya perasaan juga membentuk suatu kontinum , bergerak dari emosi positif sampai dengan yang bersifat negatif.
Beberapa ciri emosi,
Minimal ada empat ciri emosi yaitu.
1.pengalaman emosional bersifat pribadi.
Kehidupan emosional individu tumbuh dari pengalaman emosionalnya sendiri. Pengalaman emosional ini sangat subjektif dan bersifat pribadi, berbeda antara seorang individu dengan individu lainnya. Ada perangsang-perangsang tertentu yang secara umum menimbulkan rangsangan emosional yang sama kepada individu. Seperti rasa takut akan binatang buas , api , suara yang sangat keras ,dsb. Sebagian rangsangan emosional muncul melalui dan terjadi karena pengalaman. Contohnya bayi atau anak kecil tidak takut pada ular, tetapi karena sering di takut-takuti atau di beri peringatan bahwa ular itu berbahaya maka setelah besar ia menjadi takut pada ular. Anak juga bisa takut pada ular karena pernah di patuk ular.
Dengan demikian pengalaman sangat memegang peranan penting  dalam pertumbuhan rasa takut , dan jenis-jenis emosi lainnya. Pengalaman emosional ini tidak selalu terjadi secara sadar,bisa juga berlangsung secara tidak sadar. Kadang-kadang seseorang tidak mengerti mengapa ia merasa takut pada sesuatu yang sesungguhnya tidak perlu di takuti , merasa benci pada sesuatu atau seseorang yang ia tidak ketahui kesalahannya. Pengalaman emosional tersebut terjadi secara tidak di sadari.
2. adanya perubahan aspek jasmaniah. Pada waktu individu menghayati suatu emosi,maka terjadi beberapa perubahan pada aspek jasmaniah. Perubahan-perubahan tersebut tidak selalu terjadi secara serempak,mungkin yang satu mengikuti yang lainnya . demikian juga intensitas kekuatan perubahan pada suatu aspek berbeda dengan aspek lainnya, dan pada seorang individu berbeda dengan individu lainnya. Pada seorang individu kalau ia marah maka perubahan yang paling kuat terjadi pada debar jantungnya,sedang yang lain adalah pada pernafasannya.
Dalam jenis-jenis emosi yang kuat seperti marah,takut, rangsangan seksual dsb. Pekerjaan jantung dan tekanan darah mengalami perubahan.
Debaran jantung bertambah kuat, mengakibatkan jumlah darah yang di pompakan lebih banyak , hal itu akan meningkatkan tekanan darah. Pada waktu menghayati sesuatu emosi , terjadi pula perubahan pada pernafasan . jalannya pernafasan mungkin lebih cepat atau lambat, tambah dalam atau dangkal.
3. emosi di ekspresikan dalam prilaku. Emosi yang di hayati oleh seseorang di ekspresikan dalam perilakunya, terutama dalam ekspresi roman muka dan suara/bahasa.seorang yang sedang mengalami rasa takut atau marah,akan dapat di lihat dari gerak-gerik tubuhnya,tetapi akan lebih jelas nampak pada roman mukanya.wajah yang memerah dengan raut muka yang tegang, mata melotot, gigi gemeretak adalah ekspresi roman muka yang sedang marah. Seorang yang mengalami ketakutan mengekspresikan wajah yang pucat ,meringis dan gemetar. Menurut berapa penelitian , ekspresi emosi melalui roman muka ini berbeda antara suatu kebudayaan dengan lingkungan kebudayaan lainnya. Hal ini berarti bahwa ekspresi roman muka di pengaruhi oleh kebudayaan.
Ekspresi emosi ini juga di pengaruhi oleh pengalaman, belajar dan kematangan. Orang-orang tunanetra umumnya tidak dapat mengekspresikan emosinya melalui roman muka karena mereka tidak pernah melihat roman mukanya ataupun roman muka orang lain. Orang dewasa mengekspresikan emosi berbeda dengan anak,karena sebagai orang yang telah matang ia dapat mengendalikan diri dan juga telah mempelajari bagaimana cara mengekspresikan perasaan yang baik. Selain melalui roman muka ekspresi juga dapat di lihat dari nada suaranya. Suara tertawa menunjukan kebahagiaan, suara tangis menunjukan kesedihan.
4. emosi sebagai motif. Motif merupakan suatu tenaga yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan.demikian juga halnya dengan emosi,dapat mendorong sesuatu kegiatan,apakah menjauhi atau mendekati suatu objek yang memberikan rangsangan emosional. Seseorang yang sedang marah mungkin ingin memukul orang yang